Mengenai Saya

Kebumen, Jawa Tengah

Senin, 16 November 2020

 

AMBAL DALAM SEBUAH KISAH ROMAN 1868
 
Sudah lebih 31 tahun hidup di Ambalresmi, Dalam perjalanan waktu banyak pengalaman spiritual yang diajarkan oleh Tuhan di Ambal, tepatnya desa Ambalresmi
Maka ini lah saatnya belajar bagaimana sejarah Ambal pada saat itu, bersama Bp. Teguh Hindarto tokoh Theologi satu ini sangat intens dalam mempelajari wilayah-wilayah di Kabupaten Kebumen penuh dengan intens. Dan saat ini Ambal dikupas dengan segala isi catatan dari zaman Hindia Belanda.


M.T.H. Perelaer adalah pengarang novel terkenal pada zamannya yaitu salah satunya “Baboe Dalima or The Opium Fiend” (1886). Dalam novelnya ini Perelaer bukan hanya mengisahkan mengenai “opium Pachter” atau bandar opium di Semarang namun menyebutkan beberapa nama wilayah di sekitar Karesidenan bagelen termasuk sebuah wilayah di Distrik Banyumudal dengan nama “Poleng”. Bukit Poleng sekarang masuk wilayah Kecamatan Ayah.
Dalam salah satu novel lainnya yang berjudul, “Twaalf Honderd Palen Door Midden Java” (1868), Perealer membuat latar kisah dengan menyebutkan beberapa lokasi demografis seperti di Ambal, Kebumen, Gombong, Karanganyat. Bahkan novelnya ini dimuat secara berseri (feuilleton)dalam sebuah surat kabar bernama "Algemeen Handelsblad Voor Nederlandsch Indie" sepanjanga tahun 1934. Berikut kutipannya:
“Ambal ligt vlak aan den Indischen Oceaan. Het donderend geluid van diens magtigen golfslag op het strand doet zich , vooral bij het opkomen van den vloed, palen ver landwaarts in hooren. Zulk een zeegezigt als te Ambal is, geloof ik , aan weinigen gegund. Wie de reis naar Oost-Indie gemaakt lieeft, wie de Noordzee bij Scheveningen of Ostende gezien heeft, heeft zeer zeker fraaije zeegezigten gezien ; maar het haalt niets bij de trotsche branding te Ambal”.
“Ambal berada tepat di Samudra Hindia. Suara gemuruh ombaknya yang dahsyat di pantai terdengar, terutama dengan naiknya air pasang, hingga ke kutub jauh di pedalaman. Pemandangan laut seperti di Ambal, saya yakin, diberikan kepada sedikit orang. Siapapun yang melakukan perjalanan ke Hindia Timur, yang telah melihat Laut Utara di Scheveningen atau Ostende, pasti telah melihat pemandangan laut yang indah; tapi tidak sebanding dengan kebanggaan berselancar di Ambal”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar