Mengenai Saya

Kebumen, Jawa Tengah

Minggu, 13 Februari 2011

Kata Ulang


Kata Ulang
1. Macam-Macam Kata Ulang
Berdasarkan macamnya bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia dapat kita bagi menjadi empat macam:
a. Reduplikasi atas suku kata awal, atau di sebut juga dwipurwa. Dalam bentuk perulangan ini     vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e     (pepet).
    Contoh: tatangga > tetangga
                 luluhur   > leluhur
                 luluasa   > leluasa
b. Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar. Ulangan ini di sebut ulangan utuh. Ulangan utuh ada dua     macam, yaitu ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar atau disebut juga dwilingga,         dan ulangan atas bentuk dasar berupa kata jadian berimbuhan.
    Contoh: rumah > rumah-rumah         kejadian > kejadian-kejadian
                 anak  > anak-anak              pencuri   > pencuri-pencuri
c. Reduplikasi yang juga terjadi atas seluruh suku kata, namun pada salah satu lingganya terjadi     perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Perulangan macam ini disebut dwilingga salin     suara.
    Contoh: gerak-gerak > gerak-gerik
                 sayur-sayur > sayur-mayur
d. Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.     Ulangan macam ini disebut ulangan berimbuhan.
    Contoh: bermain-main, berkejar-kejaran, melihat-lihat, tarik-menarik.
2. Fungsi
Kata ulang berfungsi sebagai alat untuk membentuk jenis kata, dan dapat dikatakan bahwa perulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata yang sama seperti bila kata itu tidak diulang.
3. Arti
Adapun arti yang dapat didukung oleh perulangan adalah:
a. Mengandung arti banyak yang tak tentu.
    Contoh: Ayah membelikan saya sepuluh buah buku (banyak tentu)
                Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari (banyak tak tentu)
b. Mengandung arti bermacam-macam.
    Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
c. Menyerupai atau tiruan dari sesuatu.
    Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit.
d. Melemahkan arti, dalam hal ini dapat diartikan dengan agak.
    Contoh: Sifatnya kekanak-kanakan.
                Ia berlaku kebarat-baratan.
                Orang itu sakit-sakitan.
e. Menyatakan intensitas, baik kualitas, kuantitas, maupun frekuensi.
    i) Intensitas kualitatif: Pukullah kuat-kuat.
                                     Belajarkah segiat-giatnya.
   ii) Intensitas kuantitatif: kuda-kuda, rumah-rumah.
  iii) Intensitas frekuentatif: Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
                                        Ia mondar-mandir sejak tadi.
f. Menyatakan arti saling, atau pekerjaan yang berbalasan.
   Contoh: Keduanya bersalam-salaman.
                Dalam perkelahian itu terjadi tikam-menikam antara kedua orang tersebut.
g. Perulangan pada kata bilangan mengandung arti kolektif.
    Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
4. Ada beberapa kata yang selintas tampaknya seolah-olah merupakan kata ulang seperti biri-biri dan kupu-kupu. Kata-kata kupu-kupu dan biri-biri keseluruhannya merupakan kata dasar, bukan kata ulang. Dalam pemakaian sehari-hari dalam bahasa Indonesia tidak terdapat bentuk seperti biri dan kupu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar